21 December 2010

.::.~ke maNa ciNta harUSkU LaBuHkan???~.::.


“Cinta yang bermanfaat itu terbagi menjadi tiga, yaitu mahabbatullah (cinta kepada Allah), mahabbah fillah (cinta di jalan Allah) dan mahabbah (cinta) kepada segala sesuatu yang dapat membantu seorang semakin ta’at kepada Allah ta’ala dan menjauhi segala larangannya. Sedangkan cinta yang membahayakan terbagi menjadi tiga pula, mahabbah ma’allah (mencintai sesuatu di samping mencintai Allah), cinta terhadap perkara yang dibenci oeh Allah dan cinta terhadap sesuatu yang dapat memangkas cinta seorang kepada Allah atau menguranginya. Cinta yang dimiliki oleh manusia tidak terlepas dari keenam perkara tersebut. Mahabbatullah merupakan sumber segala cinta yang terpuji, merupakan dasar iman dan tauhid. Sementara dua cinta terpuji yang lain merupakan penyerta cinta jenis ini. Demikian pula, mahabbah ma’allah (mencintai sesuatu di samping mencintai Allah) merupakan sumber kemusyrikan dan merupakan cinta yang tercla. Sementara dua cinta tercela lainnya merupakan penyerta cinta jenis ini.”
Kemana Cinta Harus Dilabuhkan?

Cinta diungkapkan dalam bahasa Arab dengan kata ‘al hubb’ yang berarti sesuatu yang terdalam. Jika kita memberikan sesuatu yang terdalam dan berharga kepada orang yang tepat dan patut mendapatkannya, maka kita akan berbahagia tentunya. Sebaliknya, jika kita memberikannya kepada seorang yang tidak layak, maka hal itu akan menyebabkan kesengsaraan hidup. Oleh kerananya, selayaknya seorang menyerahkan dan melabuhkan cintanya kepada Allah, Zat yang maha sempurna, terbebas dari segala cela, dan Dia-lah yang paling banyak memberikan kebaikan kepada dirinya. Dengan demikian, kecintaan terbesar seorang mukmin adalah ditujukan kepada Allah ta’ala, Zat yang paling pantas untuk dicintai, Zat yang menjadi curahan cinta setiap hamba.
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah mengemukakan beberapa alasan untuk mencintai Allah dalam kitabnya Al Jawaab Al Kaafi,diantaranya adalah sebagai berikut: Secara fitrah, hati cenderung mencintai zat yang memberi nikmat dan mencintai zat yang berjasa kepadanya. Oleh karenanya, manusia wajib mendahulukan cinta kepada Allah, karena semua kebaikan dan kenikmatan yang dirasakan hanya berasal dari Allah semata. Allah ta’ala berfirman yang bermaksud:
“Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya).”(An Nahl: 53).

Cinta akan timbul jika ada dua motivasi, iaitu kemuliaan dan keindahan pada objek yang dicintainya. Allah itu lebih layak dicintai lebih dari segalanya karena Allah memiliki nama dan sifat yang baik dan mulia, dan hati cenderung mencintai dan senang kepada yang baik-baik.

Alangkah meruginya seorang yang menjual dirinya dengan harga yang murah kepada selain kekasih yang pertama (yakni Allah-pen), hanya karena ingin memenuhi nafsu syahwat sementara yang akan berakhir kenikmatannya dan akan terus membawa malapetaka. Alangkah kasihan hati yang di dalamnya terkumpul dua penyesalan, penyesalan karena tidak berjumpa dengan kekasih. tertinggi (Allah) dan surga yang dipenuhi kenikmatan, serta penyesalan disebabkan siksaan adzab yang berkepanjangan


~wallahu'alam~

No comments:

Post a Comment